#Throwback 2017: The World of Ghibli Jakarta Bagian 1

Ok, mungkin seharusnya gue cerita soal ini dua tahun lalu. Tapi berhubung waktu itu belum ngerasa kangen banget jadi baru sekarang gue mau cerita --ga ada hubungannya juga padahal wkwk. Sebelum cerita tentang gue jadi relawan exhibition, gue akan mulai dengan asal muasal gimana bisa terjun jadi relawan --lebih tepatnya relawan Ghibli, kira-kira begitulah istilahnya. Waktu itu --tepatnya akhir 2016-- gue sama sekali ga kepikiran untuk ikut daftar jadi relawan, atau bahkan sebelum waktu itu pun, selama hidup gue, ga pernah kepikiran untuk jadi relawan, sama sekali. Meskipun beberapa kali denger atau baca dari sana-sini, gue belum tergerak untuk jadi relawan. Sampai suatu hari, kakak gue ngasih tau soal akan diputarnya film-film dari Studio Ghibli mulai 2017 secara bertahap. Gue yang selama ini tahu film Studio Ghibli cuma sebatas Spirited Away dan Howl's Moving Castle aja jelas tertarik dong untuk explore berbagai macam film-film besutan Studio Ghibli ini --walaupun pada akhirnya yang ditonton cuma Ponyo sama Kiki"s Delivery Service hahaha. Setelah dikasih tahu kakak gue soal ini, gue cari tuh twitter penyelenggara event screeningnya, gue cari info kapan penjualan tiketnya, gimana belinya, dan segala macem.


Sampai suatu hari, admin twitternya ngumumin tentang relawan untuk screening. Jadi nantinya akan ditempatkan beberapa relawan di beberapa bioskop yang terpilih untuk nayangin film-film dari Studio Ghibli. Tugas relawan ini ya intinya bantuin penonton dan calon penonton. Ya bantu mereka nuker tiket dengan merchandise, bantu calon penonton yang mau beli tiket, ngasih info harga tiket dan jadwal pemutaran film, dan bantu mereka scan tiket yang udah mereka beli di on the spot atau beli online. setelah liat pengumuman dari adminnya gue mulai agak kepo tuh, kayak gimanasih rasanya jadi relawan? Nanti kira-kira bakal ngapain aja ya? Sampai akhirnya gue memutuskan untuk daftar jadi relawan screening --dengan beberapa kecemasan yang masih ada di benak tentunya. Yaah itung-itung sambil cari pengalaman juga sebelum lulus kuliah, toh yang penting ga ganggu kuliah juga.


Tapi di saat gue ingin segera daftar jadi relawan, adminnya belum mengumumkan gimana cara daftarnya yang tentu bikin orang-orang yang ingin segera daftar jadi merasa digantungin. Ini kok ngumumin nyari relawan tanpangasih tahu gimana atau lewat mana daftarnya? Gue tunggu terus sampe gue tanyain adminnya di twitter. Hingga akhirnya dibukalah pendaftarannya --kalo ga salah sekitar akhir Maret karena screening nya selalu dimulai di awal bulan selama seminggu, atau pas hari H penayangan. Lalu gue daftar di hari yang ga bentrok sama kuliah, dan gue mulai kerja di hari ke dua karena di hari pertama gue sedang bersiap-siap untuk ujian tengah semester. Selesai sampai di situ? Oh tentu tidak, justru ini awal dari masalah yang lain. Di hari pertama gue kerja --yang mana adalah hari ke dua penayangan, I have no idea what should I do. Like, gue ga  tahu bakal ketemu siapa di sana, relawan yang lain wajahnya kayak gimana, sampai salah satu relawan yang jaga juga pada hari itu ngehubungin gue lewat WA soal ini. Akhirnya oke, janjian ketemu di XXI Bintaro Xchange, dan di perjalanan ke sana, ga sengaja ketemu relawan lain yang kebetulan satu lift sama gue. Terus ketemu bertiga, dan.... agak kelabakan ga tau mau ngapain :) Untungnya yang ngajak gue janjian ketemu sempet kerja di hari pertama, jadi dia sedikit bisa ngasih arahan kami semua harus apa. Jadilah kami ya minjem meja ke security, minjem standee, dan sebagainya. Dan kalo boleh jujur, saat itu susah banget narik penonton karena sistem pembelian tiket yang super duper ribet ini. Hanya bisa online. Kebayang kan betapa malesnya mereka untuk transfer untuk bayar tiket doang yang mana ATM nya juga maha jauh, musti turun beberapa lantai dulu. Tapi keribetan itu hanya terjadi beberapa hari aja karena di hari terakhir penayangan --juga hari terakhir gue jaga di bulan itu, calon penonton udah bisa beli on the spot. Walaupun saat itu sempet server down dan cukup menimbulkan kepanikan wkwkwk.

Lalu berlanjutlah di bulan-bulan berikutnya. Ga cuma sistem pembelian tiket on the spot nya yang semakin membaik, kedekatan gue dengan teman-teman relawan yang lain juga membaik. Meja pun akhirnya salah satu dari kami ada yang bawa sendiri karena meja yang biasa kita pinjem lebih dibutuhkan orang lain. Sayangnya waktu pemutaran Ponyo di hari ke tiga atau empat pindah bioskop, awalnya di XXI harus pindah ke CGV yang jauh dari rumah gue :) Jadi beberapa hari itu gue ga jaga karena kejauhan toonnggg wkwkwkwk

So, gimana perasaan gue selama jadi relawan screening? Bahagia --tentu, puas, terkejut, sebel, capek, menegangkan, panik, dan segala macem. Campur aduk lah pokoknya karena itu pertamakalinya gue jadi relawan, dan menyenangkan melihat orang-orang --yang nonton-- juga seneng, entah karena filmnya atau karena kami sebagai relawan bisa melayani mereka yang mau nonton dengan sebaik mungkin. Yaa meskipun pasti ada kekurangan disana-sini. Dulu gue mungkin ga terlalu peduli dengan pekerjaan semacam ini, atau lebih ke biasa aja gitu ngeliatnya, tapi juga ga memandang rendah, Tapi rupanya yang gue anggap biasa ini nyatanya ga begitu. Saat gue melakukan pekerjaan ini, gue harus memposisikan penonton dan calon penonton sama seperti ketika gue jadi mereka, yang pasti ingin dilayani sebaik mungkin. Hasilnya? Gue jadi lebih sepenuh hati --yaa kadang masih ada lah keselnya dikit, namanya juga manusia-- ngerjain pekerjaan gue, lebih total dan mau yang terbaik. Penonton dan calon penontonnya seneng, gue jadi seneng juga.

Lalu... Gimana cerita gue dari relawan screening jadi relawan exhibition? Let me tell you in the next part. See ya! 😊

Comments

Popular Posts